Rabu, 07 Desember 2011

nyanyian musim

rela meninggalkan sendi kehidupan
untuk mencari arti bahagia
di saat ini di kala awan menitikkan air mata
angin bersiul gembira
dengan permainannya meniup air mata awan
berdesir dengan nyayian musim

saat menyentuh tanah lantunan nyanyian kodok
berteriak dengan ritme yang mengusik malam

kini saat merenungi arti diri
menghitung berapa kali dalam desah napas ini
untuk mengingat akan Tuhan
bersyukur dari nikmat napas

air mata awan telah mengering
terbakar lara hembusan kehidupan
bintang mulai berani menampakkan diri

angin lelah bertiup
sesaat keringatpun bercucuran
oleh gerahnya terpaan lara rindu

diantara kita telah ada yang terlelap dalam tidur
sementara bencana mungkin saja datang saat pagi
porandakan kisi relung kehancuran

betapa insan hanya ingin selalu bahagia
egois .....
sementara diantara kita hanya sebagian yang bersyukur atas nikmat rasa
mengeluh dan mengeluh
mengeluh oleh rintihan kehidupan

padahal semua telah tersedia 
angin dengan sepoi 
matahari dengan teriknya
malam dengan kelamnya
yang terhiasi rembulan dan kejora bintang
mengantarkan kenyataan ciptaan yang sempurna

duhai rintihan dan keluhan
semua itu adalah sifat dasar insan
yang tergerakkan oleh nafsu

ikatlah sebagian nafsu 
jangan selalu mengeluh dengan kenyataan ini
terimalah ridha walau harus terseret arus banjir
tertimpa reruntuhan jembatan
dan mengenggam bara

simpanlah napsu itu
untuk menciptakan rasa keindahan taman hati
perjuangkanlah dengan selalu bersyukur

jika lara rindu membuat kita tersenyum
maka semua itu tanda bahwa ridha 
akan jelmaan cinta itu milik kita

dan jika rindu membuat kita nelangsa
bersabarlah 
karena kesabaran itu adalah level tertinggi dari keimanan

jika rindu datangkan birahi
maka halalkanlah dengan melafazkan 
akad nikah

hingga kita selalu menjadi lebih baik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar