Jumat, 09 Desember 2011

ridha ilahi

keridhaan akan menciptakan ketenangan jiwa
menghantarkan hati selalu damai
hingga tercipta taman keindahan hati
malam adalah renungan
saat raga istirahat buat menikmati lantunan dan desir nikmat rasa
saat hati telah terpelihara dan tertata dengan ridha ilahi

tak jua dapat berbuat
tak jua dapat berkilah
saat ridha ilahi mendatangi kita

duhai sang penghuni mayapada
di setiap desah napas
di setiap detik deguban jantung
berapa kali kita mengingat akanNya

hanya mengeluh dan berkesah
sementara di dekitar kita
tanah dengan aneka tanaman dan keasrian
air dengan gemercik dan kesejukan
udara buat bernapas 
angkasa begitu indah saat mengadahkan muka ke atas

berpa kali kita bersyukur
kudrat ilahi tercipta buat di nikmati
hanya insan yang selalu bersyukur atas ridha ilahi 
yang dapat menikmati kebearanNya
bersama nikmat keindahan ciptaaNya

kita memang berjalan bersama nafsu
karena karena nafsu membuat kita bisa bertahan 
karena dorongan nafsu membuat kita berjuang
berjuang mengejar duniawi

syurga duniawi membuat kita terlena
membuat kita bangga
membuat kita terjerumus
bahkan tega melakukan dosa
dan tak perduli akan orang lain

hanya insan yang bersyukur 
yang langgeng menikmati kenikmatan nikmat ridha

nikmatilah saat ini sebagai kenyataan
karena esok adalah harapan
harapan menggapai qadha yang membuat hati damai

dan selalulah update kepadaNya
agar kita terhindar dari malapetaka duniawi




Rabu, 07 Desember 2011

nyanyian musim

rela meninggalkan sendi kehidupan
untuk mencari arti bahagia
di saat ini di kala awan menitikkan air mata
angin bersiul gembira
dengan permainannya meniup air mata awan
berdesir dengan nyayian musim

saat menyentuh tanah lantunan nyanyian kodok
berteriak dengan ritme yang mengusik malam

kini saat merenungi arti diri
menghitung berapa kali dalam desah napas ini
untuk mengingat akan Tuhan
bersyukur dari nikmat napas

air mata awan telah mengering
terbakar lara hembusan kehidupan
bintang mulai berani menampakkan diri

angin lelah bertiup
sesaat keringatpun bercucuran
oleh gerahnya terpaan lara rindu

diantara kita telah ada yang terlelap dalam tidur
sementara bencana mungkin saja datang saat pagi
porandakan kisi relung kehancuran

betapa insan hanya ingin selalu bahagia
egois .....
sementara diantara kita hanya sebagian yang bersyukur atas nikmat rasa
mengeluh dan mengeluh
mengeluh oleh rintihan kehidupan

padahal semua telah tersedia 
angin dengan sepoi 
matahari dengan teriknya
malam dengan kelamnya
yang terhiasi rembulan dan kejora bintang
mengantarkan kenyataan ciptaan yang sempurna

duhai rintihan dan keluhan
semua itu adalah sifat dasar insan
yang tergerakkan oleh nafsu

ikatlah sebagian nafsu 
jangan selalu mengeluh dengan kenyataan ini
terimalah ridha walau harus terseret arus banjir
tertimpa reruntuhan jembatan
dan mengenggam bara

simpanlah napsu itu
untuk menciptakan rasa keindahan taman hati
perjuangkanlah dengan selalu bersyukur

jika lara rindu membuat kita tersenyum
maka semua itu tanda bahwa ridha 
akan jelmaan cinta itu milik kita

dan jika rindu membuat kita nelangsa
bersabarlah 
karena kesabaran itu adalah level tertinggi dari keimanan

jika rindu datangkan birahi
maka halalkanlah dengan melafazkan 
akad nikah

hingga kita selalu menjadi lebih baik


Minggu, 04 Desember 2011

air mata awan



Ku perjuangkan harapan senja
menggapai keindahan taman hati

kini awan mulai menitikkan air mata kehancuran
dengan siulan angin berderai
tanda akan dunia semakin tua

ya Allah dalam keheningan dan gemuruh petir aku berserah diri
kenyataan ini adalah karunia
dan kini betapa lelahnya malaekat bersiap untuk menjemput
dan menerima undangan kematian

ya Allah ya rabbulizzati
jika di saat ini undangan itu buat ku...
Tempatkah roh jiwaku
pada taman keindahan hati

ya Allah jika belum saatnya aku menerima undangan kematian
berilah ruang buat hatiku untuk menikmati sesaat keindahan taman kalbu agar aku dapat ,
menikmati syurga dunia Mu

aku lara bersama rasa rindu
rindu yang menggerogoti napas senja
hingga aku terkapar dalam keheningan dan kesunyian jiwa

aku basahkan ragaku dengan tetes air mata awan untuk menyejukkan raungan asa
namun batinku tetap saja kelu dan gerah
aku merintih dan meronta
oleh hempasan kenyataan ini