Rabu, 16 April 2014

derita sang ibu



Aku adalah aku dengan dunia harapanku
Semua telah terlewati
Dari balita menjadi bayi
Dari bayi menjadi anak anak dan remaja
Fase demi fase semua akan terlewati dan akan menjadi dewasa
Dan kini saat menyadarinya usiaku tinggal satu fase lagi yaitu fase menjadi tua dan tergantikan dengan yang muda

Tidakkah kau kasian dengan raut keriput yang menanti kematiannya
Tidakkah kau kasihan menyaksikan kematiannya yang tidak dapat tersenyum karena tak lagi di perdulikan oleh seorang anak yang telah memganggapnya sebagai ibunya walau hanya sekedar buat dia tersenyum saat kematiannya 

Dia telah dapat tersenyum 
Walau hanya sesaat
Dan kini akan kembali menderita
Dan semakin menderita karena anaknya kini tidak lagi perduli akan deritanya

Dia hanya telah menghianatinya 
Dia akan pergi meninggalkannya demi seorang ibu yang dapat membuatnya terbang ke mega tahta kekuasaan

Baru saja dapat tersenyum
Baru saja dapat bangga dengan dirinya
Dan tak lama lagi diapun tak lagi dapat bergerak
Karena tak lagi mampu menopang beban buat di jadikan pijakan untuk meloncat terbang tinggi ke mega tahta kekuasaan

Air mataku telah mengering
Karena terbakar derita penghianatan

Aku akan menunggumu
Saat kau tersadar ketika di awan ada mega mendung yang akan meneteskan air mata kehancuran


nikmat hidup



Kala senja pergi menuju hari esok
suasana hati tetap saja tak merasakan apa apa
dari setiap perubahan usia yang mendekati kematian

hanya mengeluh tentang apa yang terlihat dan yang di rasakan
membandingkan mereka dengan dia dan diri kita
mereka dengan dia yang saling mencintai
mereka dengan dia yang mesra
mereka dengan dia menikmati kemewahan duniawi

hati semakin tersesat kala menyadari diri tak memiliki apa apa
tak jua mampu seperti mereka dan dia

kau akan merasa lelah dan letih
tak akan pernah merasakan nikmatnya karunia ilahi atas syukurmu kepadaNya yang telah memberikan kesempatan meramaikan dunia ini
tanpa kau dan aku semua ini tidak akan pernah ada
karena kau dan aku ini semua menjadi ada

berbanggalah
berbahagialah
karena kita dunia ini memiliki makna

namun
jangan kau bandingkan semua ini
karena itu akan menyiksa diri
jalanlah menuju nikmat kehidupan
jangan kau lengah untuk mengalah oleh dorongan nafsu

hiduplah sederhana
saatnya tiba
kita akan merasakan nikmat ilahi

ibarat sebuah pohon
kau menanamnya
dia tumbuh menguatkan akarnya lalu memiliki helai daun
jika kemampuan akarnya telah membuat dia kuat maka daunnya akan lebat 
lalu saatnya tiba dia akan berbunga dan berbuah
semua itu
tak seorang manusia yang mampu memprediksikan kapan dia berbuah

sabarlah menjalankan kehidupan ini